Harmoni di kampus, sambungnya, dapat mencegah konflik yang timbul akibat perbedaan, mendorong terciptanya budaya saling menghargai, dan memungkinkan mahasiswa untuk bekerja sama dalam berbagai kegiatan akademik maupun non-akademik. Ini akan mendorong terciptanya hubungan positif serta kerja sama lintas kelompok untuk membangun komunitas yang kuat.
Baca Juga: Menag Tancap Gas, Perkuat Sains dan Digitalisasi Pendidikan Agama
Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor 4 UNJ, Andy Hadiyanto mengungkapkan, kegiatan seminar merupakan upaya nyata civitas akademika dalam menciptakan kehidupan kampus yang harmonis antara umat beragama. Ciptakan kampus harmoni.
“Sebagai komunitas intelektual tak selayaknya, kampus dijadikan tempat untuk menebar benih konflik antar suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Karena itu, kami senantiasa menghadirkan ruang dan waktu kajian dan dialog melalui kegiatan seminar bagi semua golongan, suku, dan ras civitas akademika,” ungkapnya.
Sementara itu, Dr. Khalid Syairozy, M.Si mengajak peserta untuk dapat berpikir lebih kritis melihat perkembangan pemahaman kegamaan dan nilai-nilai kenegaraan yang dinamis di Indonesia terutama di perguruan tinggi. Ia mengingatkan bahwa kesalahan dalam berpikir mampu membuat seseorang menjadi radikal serta memunculkan konflik membahayakan bagi kehidupan yang harmoni.
“Hasil dari seminar ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang luas bagi seluruh civitas akademika bahwa beragama tidak hanya memimikirkan kedekatan diri dengan pencipta tapi juga harus mengedepankan sisi kemanusiaan juga,” pungkas Khalid Syairozy.